Minggu, 07 November 2010

Jangan sesuai kemampuan

Sesuai kemampuan atau semampu kita, atau sesuai keadaan kita. Ini sudah sering dan selalu kita dengar, bahkan kita gunakan sebagai alasan pembenaran kita terhadap tindak tanduk kita. Bagi para pengikut ajaran Yesus, tentu ingat tentang seorang janda tua yang miskin yang memberi dari kekurangannya.

Kalau kita selalu mengukur segala sesuatu dengan diri kita, kita sebut pragmatis atau realistis.

Saya ingin mencoba, sekaligus menantang kita semua bahwa realistis tidak akan menghasilkan apa apa. Realistis tidak akan menciptakan masa depan.

Kita memberi sesuai kemampuan kita. Sehingga kita kadang-kadang bahkan selalu membatasi pemberian kita. Selalu saja ada alasan untuk memberi 'secukupnya'.

Kita melakukan sesuatu sesuai kemampuan kita. Sehingga selalu kita lupa memberikan yang terbaik. Kita membatasi diri kita untuk mengeluarkan seluruh kemampuan kita. Kita hanya melakukan seadanya saja. 'Yang penting tugas sudah dilakukan.'

Kita mendengar sesuatu sesuai apa yang kita ingin dengar. Padahal banyak informasi dan pesan yang bisa kita dengar, namun kita abaikan dan tidak mau kita dengarkan. Kita hanya mendengar saja itu, tanpa mau mendengarkan. Tanpa sadar, kita sudah menyaringnya.

Kita menerima sesuatu sesuai kemampuan kita. Kita beralasan, nanti kita tidak mampu menerima tanggung jawab itu. Kita sudah takut terlebih dahulu. Takut akan konsekuensinya. Padahal kita tidak tahu dimana batas kemampuan kita. Kita hanya 'mengira-ngira' saja kita mampu.

Apa yang terjadi?

Menurut saya, kita mengabaikan anugerah Tuhan yang luar biasa. Kita mengingkari bahwa kita jauh lebih dari pada apa yang kita pikirkan.

Apa akibatnya?

Dengan hanya mengukur segala sesuatu sesuai kemampuan, kita membatasi diri terhadap segala sesuatu, termasuk rejeki.

Maka, janganlah heran.

Jika kita hanya memberi sesuai kemampuan kita, maka rejeki pun akan datang sesuai kemampuan kita.

Jika kita bersedekah hanya mengukur sesuai ke-ikhlas-an kita, maka rejeki pun hanya datang saat kita ikhlas. Kapan saatnya kita ikhlas?

Maka, janganlah mengukur segala sesuatu sesuai kemampuan, karena kita tidak tahu dimana batas kemampuan kita.

Mari, kita bersedekah di luar kemampuan kita. Dan biarkan Tuhan memenuhi janji-Nya kepada kita.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar